Minggu, 07 Agustus 2011

News Higlight


SMS TKW DARI MESIR (2)
PERJUANGAN KU TERNYATA SIA-SIA DAN ANGGAPLAH  AKU TELAH MATI
Ø  KBRI DIDUGA LAKUKAN WOMEN TRAFFICKING
Ø  BNP2TKI TAKUT PPTKIS MARAH DAN TERSINGGUNG
Jakarta SBN ------“Jeritan hati kami para TKW, mengadu nasib di Negeri orang untuk meningkatkan taraf  hidup sebagai upaya keluar dari kemiskinan. Jika di Negeri tercinta ada lowongan kerja yang memadai pasti kami tidak akan merasakan  tindak kekerasan dan pelecehan. Sering kami para TKW dijadikan bahan pelcehan sexual oleh majikan, bahkan di jalan berjuang sendiri, sering bertemu laki-laki iseng dan hampir –hampir diperkosa, setelah melihat  kibaran Bendera Merah Putih hati kami  merasa gembira, ternyata perjuangan kami sia-sia karena KBRI mengembalikan kami ke Agen.
                Apakah kalian pernah bertanya mengapa kami gonta-ganti majikan ?, sungguh bodoh TKW kabur tanpa alasan karena di jalan berisiko nyawa dan kehormatan, wahai bapak-bapak Pemerintah tidakkah kalian dengar jeritan dan lihat penderitaan anak-anak mu ?, atau sesungguhnya pura-pura tidak tau ????, inilah nasib para pahlawan Devisa, tak berdaya dan tertekan”.
                Demikianlah SMS yang dikirimkan Aisiya dari Jordan, Jum’at 05/8-2011, pukul 19.43 waktu Jordan, sesaat setelah salah satu pejabat Deplu menghubunginya dan mengatakan” jika Aisiyah ingin pulang ke kampung halamannya, harus membayar ganti rugi karena masa kontraknya masi tujuh bulan lagi, demikian juga ongkos pulang harus menggunakan uang sendiri, itupun jika agen dan majikan mengijinkannya pulang, sebab KBRI tidak dapat mengambil Aisiyah tanpa seijin majikan dan agen”. Bahkan yang lebih miris lagi, Asep petugas KBRI Jordan mengatakan bahwa, penderitaan Aisiyah tidak terlalu berat sehingga tidak perlu ditangani. Hal ini membuat hati Aisiyah sedih dan haru serta bertanya-tanya dalam hatinya, haruskah penderitaanku separah Sumiati?, ataukah aku harus melakukan kejahatan seperti yang dilakukan Darsem?, agar aku dapat kembali kekampung halamanku ?????? pertanyaan ini jugalah yang dilontarkan Aisiyah kepada SBN. Dengan sedih dan rasa haru yang mendalam Aisiyah memberikan jawaban kepada KBRI Jordan dan Pejabat Deplu dan mengatakan“ anggap saja Aisiyah sudah mati pak, karena suatu hal yang mustahil Aisiyah yang hanya seorang TKW mampu membayar ganti rugi dan ongkos pulang”.
Pupus sudah harapan Aisiyah untuk dapat pulang kekampung halamannya, sebab dalam bayangannya yang ada hanyalah ancaman pergantian maijikan dan pembayaran ganti rugi, serta penganiayaan dan harta bendanya dirampas, sebagaimana yang pernah dialaminya saat di serahkan KBRI Bahrain kepada agen, Aisiyah harus membayar ganti rugi dengan potongan sebulan gaji, itupun setelah melewati perdebatan sengit serta harus menerima penganiayaan degan kekerasan berupa pemukulan dan penyekapan,serta sebagian uangnya dirampas oleh agen di Bahrain. Sebab meskipun telah dua minggu (19/7-2011, saat masih di Mesir-red) wartawan SBN melaporkan keinginan Aisyah untuk pulang ke kampung halamannya ke BNP2TKI, meskipun dijelaskan kondisi fiskologis dan terancam di pindahkan ke Jordan, jangankan mengurus permasalahannya, merespon saja BNP2TKI yang dipimpin Jumhur Hidayat ini tidak mau. “kalau bukan karena nasihat bapak Aisiyah sudah putus asa, saya masih menaruh harapan atas perjuangan bapak, semoga Tuhan memberikan Aisiyah ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi semuanya pak, tutur Aisiyah kepada SBN saat menceriterakan jawaban pejabat Deplu yang bernama Andre, lewat ponselnya dari Jordan.
Ø  KBRI DI DUGA LAKUKAN WOMEN TRAFFICKING
           Menanggapi hal ini Herman SH, salah seorang petinggi LSM Anak Bangsa yang telah banyak mengadvokasi permasalahan TKI, ketika di konfirmasi lewat poselnya kepada SBN mengatakan bahwa,dengan dikembalikannya Aisiyah ke agen oleh KBRI,patut diduga Pemerintah telah melakukan tindakan women trafficking yang difasilitasi oleh KBRI, sebab sesungguhnya perlindungan terhadap TKW yang bermasalah di Luar Negeri sepenuhnya menjadi tanggung jawap Pemerintah, sebagaimana tertuang dalam Bab II UU RI No.  39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan perlindungan TKI diLuar Negeri. Bahkan apa yang dialami Aisiyah sunggu sangat-sangat memprihatinkan karena , kontrak yang dilakukan selanjutnya ( tiga Negara) adalah ilegal dan merupakan trafficking murni yang dilakukan oleh Pemerintah (KBRI), sebab Mesir tidak memiliki perjanjian kerja dengan RI. Apa yang dikatakan oleh pejabat Deplu, merupakan pembohongan publik serta mencari-cari alasan akibat ketidak mampuannya melakukan tanggung jawab untuk melindungi warga Negara Republik Indonesia dari praktek-praktek perbudakan di Negara Timur Tengah. Dengan membebankan segalah resiko dan biaya kepada Aisiyah, merupakan penghianatan terhadap Undang-Undang, sebab masa kontrak kerja yang ditandatangani Aisiya belum berakhir yang otomatis segala resiko yang terjadi akibat kegagalan kerja tersebut merupakan tanggung jawab pihak Ansuransi. Mengembalikan Aisiyah ke agen merupakan tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh Negara sebab, mayat Rohayati saja di tebus, bahkan Negara harus mengeluarkan 4.7 Miliyar rupiah untuk menebus Darsem sang pembunuh dari ancaman hukum pancung,sehingga DPR-RI berencana menganggarkan biaya tersebut dari APBN. Kami siap mendukung perjuangan wartawan Suara Buruh Nasional (SBN) dan siapa saja untuk memperjuangkan hak-hak TKI yang bermasalah, dan jika diperlukan kami siap turun kejalan agar Jumhur sadar bahwa lembaga yang dipimpinnya tidak ada apa-apanya, ucapnya kepada SBN menutup tanggapannya.


Ø  BNP2TKI TAKUT PPTKIS MARAH DAN TERSINGGUNG
            Ketika hal ini coba dikonfirmasikan SBN ke Direktorat Perlindungan BNP2TKI, salah seorang staffnya kepada SBN mengatakan, jika memang TKW tersebut datang meminta perlindungan ke KBRI dan ingin pulang, seratus persen pasti kita pulangkan ucapnya. Ketika SBN mengatakan mengapa Aisiyah tidak di pulangkan ?, saya juga heran tuturnya. Ketika SBN meminta pihak Direktorat Perlindungan Timur Tengah untuk menelepon Aisiyah, dijawab oleh Sadimun “ sebaiknya bapak ke PPTKIS saja dulu, nanti kalau PPTKIS tidak sanggup baru ke sini, takut nanti PPTKIS yang mengirimkannya menjadi marah karena merasa tersinggung, karena tidak diberitahukan terlebih dahulu”,  ucapnya kepada SBN, seraya menolak untuk menghubungi Aisiyah secara langsung. Ada apa pak Jumhur ??, mana janjimu dalam peresmian crisis center ??, jangankan untuk langsung bertelepon dengan Jumhur, lima nomor yang diberikan petugas crisis center tak satupun dijawab petugas, sesekali telepon akan menjawab, “telepon yang anda panggil sedang digunakan”. Bagamana mungkin BNP2TKI dapat melindungi para TKI dari cengkraman dan kesewenangan majikan dan para agen di Luar Negeri, jika menghadapi PPTKIS saja tidak berani karena takut merasa tersinggung, Keberadaan BNP2TKI sebagai lembaga koordinasi untuk perlindungan TKI yang di bentuk dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden SBY ini, yang menghabiskan dana Milliyaran rupiah dari dana APBN, masih pantaskah dipertahankan ????. (John WS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar